Background

Pecalang - Polisi Tradisional Bali

Pecalang berasal dari kata ”calang” dan menurut theologinya diambil dari kata ”celang” yang dapat diartikan waspada. Dari sini dapat artikan secara bebas, ”Pecalang” adalah seseorang yang ditugaskan untuk mengawasi keamanan desa adatnya.

Ibaratnya sebagai petugas keamanan desa adat. Pecalang telah terbukti ampuh mengamankan jalannya upacara-upacara yang berlangsung di desa adatnya, bahkan secara luas mampu mengamankan kegiatan - kegiatan yang berhubungan dengan khalayak ramai.

Siapa sebenarnya pecalang? Kenapa masyarakat Bali sampai sedemikian menghargai dan menghormati mereka yang berpakaian pecalang dengan kerisnya yang terselip dipinggang ini?


Ciri khasnya adalah memakai kain kotak-kotak dengan keris terhunus dipinggangnya. Memakai pakaian adat Bali lengkap, udeng dikepala, kemeja putih dan sering memakai rompi bertuliskan PECALANG DESA ADAT. Yah itulah sosok seorang pecalang. Pecalang sering juga disebut polisi tradisional Bali. Tugasnya adalah mengamankan suatu kegiatan yg berkaitan dengan adat, seperti: upacara keagamaan, prosesi ngaben, prosesi pernikahan, dll yang berkaitan dengan upacara adat di Bali.Dengan bergesernya jaman, Pecalang dimasa kini hampir tidak lagi identik dengan badan yang kekar ataupun berwajah seram.

Dari segi pakaian yang dikenakannya pun sudah mulai mengikuti perkembangan jaman. Atasan Kemeja berwarna gelap, dilengkapi dengan jaket hijau metalik yang biasanya digunakan pula oleh Polisi Lalu Lintas dan keris yang dahulunya kerap disandang, berganti dengan pentungan yang dapat dinyalakan sebagai tanda bagi para pengendara di jalan raya. Tidak jarang, perangkat komunikasi Handy Talkie pun disematkan di pinggang untuk mempermudah koordinasi jarak jauh. 

Secara umum tugas mereka tidak ada beda dengan polisi biasa seperti mengatur lalu lintas di sekitar lokasi upacara, mengawal prosesi ngaben sampai ke kuburan. Tapi dalam kegiatannya, pecalang berkoordinasi dengan pihak Polri.

Dari sini pecalang mulai naik daun, disetiap kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak, pecalang akan turut dilibatkan secara aktif demi menjaga keamanan dan kelancaran kegiatan tersebut. Hampir setiap acara yang berkaitan dengan adat.

Menjadi pecalang adalah suatu pengabdian kepada masyarakat. Mereka tidak mendapatkan gaji. Tapi sebagai kompensasi mereka dibebaskan dari segala hal yg berkaitan dengan kewajiban warga.

Mereka tidak kena iuran di banjar, tidak wajib ikut gotong royong dan lain - lain. Tapi konsekuensinya, mereka harus siap jika sewaktu-waktu harus bertugas kalo ada suatu kegiatan adat di desa setempat. Pecalang biasanya dipilih oleh warga banjar dengan masa tugas satu tahun.

Belakangan ini ada beberapa peristiwa yang merefleksikan adanya pecalang yang melenceng dan fungsi dan tugasnya,pada beberapa masa yang lalu pernah terlihat yang mengesankan pecalang memperlihatkan sikap arogansi, sok jagoan, dan sok berani. Mungkin ini karena banyaknya pemuda yang terlibat sebagai pecalang, dan tanpa ada proses seleksi.

Seleksi yang dimaksud tidak harus seleksi secara formal cukup dengan seleksi informal, kepala desa atau masyarakat cukup memperhatikan pemuda yang kira - kira memiliki mental yang baik dan mampu melayani masyarakat, sehingga pecalang dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat sekitar, dan mampu berkomunikasi dengan baik dan ramah kepada masyarakat lain, sehingga secara tidak langsung kita mempertahankan kesan masyarakat Bali yang ramah di tingkat internasional.

Categories: Share

Leave a Reply