Background

Desa Tenganan

Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran. Yang dimaksud dengan Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat yang diwariskan nenek moyang mereka. 


Di kawasan ini terdapat 3 desa Tenganan antara lain desa Tenganan Pegeringsingan, desa Tenganan Dauh Tukad, dan desa Tenganan Dangin Tukad. Di antara ketiga desa tersebut, yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah desa Tenganan Pegeringsingan.

Tenganan dikelilingi oleh beberapa bukit dan hutan, sehingga membuat Tenganan berbeda dengan desa-desa yang lain. Desa-desa Tenganan memiliki aturan desa (awig-awig) yang harus dipatuhi oleh seluruh warga desanya. Keunikan yang terdapat di desa-desa Tenganan adalah bentuk perumahannya yang dikenal dengan nama perumahan karang. Setiap rumah warganya sejajar ke arah utara selatan dan semuanya menghadap ke jalan utama desa (awangan).

Kekhasan lain dari Tenganan adalah kain geringsing yang hanya diproduksi di Tenganan. Kain geringsing dibuat dari bahan kapas Bali yang dipintal sendiri oleh warga setempat. Setelah menjadi benang, bahan tersebut kemudian di-bebet menurut motifnya. Untuk bahan pewarnaannya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dicelupkan/direndam sekitar satu bulan.

Lamanya waktu proses awal hingga kainnya (1,5 meter x 20 cm) siap dipakai, dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Namun ada juga kain yang dibuat sampai puluhan tahun. Warga setempat menggunakan kain geringsing dipakai untuk keperluan upacara tradisional seperti Mulan Saat Usaba Kasa, Mulan Daha, Mekare-kare, dll.

Motif kain geringsing beraneka ragam bentuknya antara lain seperti pepare, kebo, lubeng, pat likur, petang dasa, putri, cempaka, daun, dll. Motif-motif tersebut terdiri dari 3 warna yaitu merah (mencerminkan Dewa Brahma), warna putih (mencerminkan Dewa Wisnu), dan warna hitam (mencerminkan Dewa Siwa). Selain kain geringsing, kerajinan khas desa Tenganan adalah anyaman yang terbuat dari pohon ate dan kerajinan lontar yang berbentuk kalender Bali dan cerita Ramayana. 

Sebagai desa Bali Aga, Tenganan menyimpan banyak tradisi unik seperti kekuasaan desa adat atas tanah atau yang disebut hak pertuanan desa. Tanah-tanah desa dikuasai sepenuhnya oleh desa adat untuk dimanfaatkan bagi kepentingan desa dan warganya. Setiap warga tidak boleh menjualnya kepada orang luar desa Tenganan.

Selain itu, desa Tenganan memiliki atraksi budaya yang sering digelar saat upacara adat seperti upacara Mulan Saat Usaba Kasa yaitu pertunjukkan musik tradisional selonding sejenis orkestra; 

Upacara Mulan Daha yaitu pertunjukkan di mana para muda-mudi desa Tenganan menampilkan busana kain geringsing, dan upacara yang paling terkenal adalah Mekare-kare yaitu pertunjukkan yang menampilkan dua lelaki yang sedang berperang dengan memakai kostum/kain adat tenganan, bertelanjang dada bersenjatakan seikat daun pandan berduri dan perisai untuk melindungi diri. 

Mekare-kare atau perang pandan dilakukan warga Tenganan pada setiap tahunnya sebagai cara untuk menunjukkan seorang pemuda yang telah dewasa. Mereka berperang dengan menggunakan pandan berduri yang dipukulkan kepada lawannya. Setiap peserta hanya mengenakan sarung (kamen) tanpa memakai baju

Menurut sebagian versi catatan sejarah, kata Tenganan berasal dari kata "tengah" atau "ngatengahang" yang memiliki arti "bergerak ke daerah yang lebih dalam". Kata tersebut berhubungan dengan pergerakan masyarakat desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman di tengah perbukitan, yaitu Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin).

Sejarah lain mengatakan bahwa masyarakat Tenganan berasal dari Desa Peneges, Gianyar, yang dulu disebut sebagai Bedahulu. Menurut cerita rakyat, Raja Bedahulu pernah kehilangan salah satu kudanya dan orang-orang mencarinya ke Timur. Kuda tersebut ternyata ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, orang kepercayaan sang raja. Atas loyalitasnya, Ki Patih tunjung Biru mendapatkan wewenang untuk mengatur daerah yang memiliki aroma dari bangkai (carrion) kuda tersebut. Ki Patih mendapatkan daerah yang cukup luas karena dia memotong bangkai kuda tersebut dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan.

Desa ini sangatlah unik karena dapat bertahan dari arus perubahan jaman yang sangat cepat dari teknologi. Walaupun sarana dan prasarana seperti listrik dll masuk ke Desa Tenganan ini, tetapi rumah dan adat tetap dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotik. Ini dikarenakan Masyarakat Tenganan mempunyai peraturan adat desa yang sangat kuat, yang mereka sebut dengan awig-awig yang sudah mereka tulis sejak abad 11 dan sudah diperbaharui pada Tahun 1842.

Desa Tenganan tetap saja berdiri kokoh tidak peduli dengan perubahan jaman dengan tetap bertahan dengan tiga balai desanya dan rumah adat yang berderet yang sama persis satu dengan lainnya. Dan tidak hanya itu didesa ini keturunan juga dipertahankan dengan perkawinan antar sesama warga desa.

Oleh karena itu Desa Tenganan tetap tradisional dan eksotik, walaupun Masyarakat Tenganan menerima masukan dari dunia luar tetapi tetap saja tidak akan cepat berubah, karena peraturan desa adat /awig-awig mempunyai peranan yang sangat penting terhadap masyarakat Desa Tenganan.
       
Dan pada saat ini kita dapat menyaksikan dan melihat aktuvitas warga laku dan adat budaya tradisional mereka yang amat kental. Maka pantaslah jika merekadisebut dengan sebutan Bali Aga(bali Asli).

Categories: Share

Leave a Reply